Jumat, 22 April 2011

Cara Memandang Pasar

Di tengah gonjang-ganjing kesiapan Indonesia menghadapi implementasi Perjanjian Perdagangan bebas ASEAN-China, banyak investor berpandangan bahwa Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar. Untuk itu, mereka menggarap potensi itu secra khusus.
Industri elektronika Korea Selatan, sebut saja LG, belakangan ini secara terbuka menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu sasaran empuk pasar elektronika.
Kita lihat “pertempuran” dalam perdagangan produk elektronika. Pihak LG mengakui, ada beberapa merek televisi China yang sudah masuk ke Indonesia. Harga televisi perusahaan Cina di pasar ritel bisa sekitar 30 persen lebih murah daripada harga televisi bikinan perusahaan Korea Selatan .
Namun , angin segar pun diembuskan oleh LG Electronics Indonesia. Walaupun produk televise China berhasil memasuki pasar Indonesia, kepastian pasokan dan jaminan kualitas dalam jasa pelayanan servis tetap menjadi pilihan utama konsumen. Oleh karena itu, LG bergerak cepat dalam beberapa tahun ini, bukan sekedar menjadikan Indonesia sebagai sasaran empuk pemasarannya, tetapi juga sasaran investasinya.
Pada saat ada keraguan sebagian pelaku industri nasional, investor Korea Selatan justru bersikap lain. Pengalaman berinvestasi di Indonesia sejak tahun1990 memberikan pelajaran berharga.
Direktur Pemasaran Produk Flat Planel Display PT LG Electronics Indonesia Eko Adhisuyitno secara terang-terangan mengemukakan Indonesia sebagai pasar prospektif karena didukung pendapatan perkapita Indonesia yang rata-rata mencapai 3.000 dollar AS. Itulah yang memberanikan LG meningkatkan investasi di kawasan industri cibitung, Jawa Barat, demi menodorong kapasitas produksinya dari 2 juta unit ke 4 juta hingga 5 juta unit pada tahun 2015. peningkatan kapasitas ini ditujukan untuk memenuhi pasar ekspor. Artinya, Indonesia mulai dijadkan basis produksi.
Cara pandang terhadap pasar Indonesia sudah berkembang lagi. Indonesia bukan sekedar berpenduduk besar tetapi ada potensi lain yang harus diliat yaitu gaya hidup konsumen Indonesia. Teknologi tinggi makin menjadi incaran supaya hidup tidak terkesan kuno atau ketingggalan zaman.
Teguh YUnanto, Direktur Eksekutif Retail Measurement Service Nielsen Indonesia, di pengujung tahun 2010, mengatakan produsen harus berani tampil beda. Seiring dengan tantangan ekonomi, konsumen pun beraksi atas inisiatif dari pengecer dan menufaktur yang berdampak pada pertumbuhan belanja konsumen.
Cara pendang seperti inilah yang diadopsi PT Panasonic Globel Indonesia tidak hanya dijadikan sebagai pasar, tetapi perlu dijadikan lokasi investasi. Tentunya, investasi yang menghasilkan produk-produk bernilai tambah.

sumber :
kompas (21 April 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar