Selasa, 06 November 2012

Pokok Bahasan Ekonomi Pertanian


Kegiatan berproduksi merupakan kegiatan dengan lingkup yang agak sempit sehingga banyak membahas aspek mikro. Dalam mempelajari aspek ini, peranan hubungan input dan output mendapat perhatian utama. Peranan input bukan saja dapat dilihat dari segi macam atau ketersediaannya dalam waktu yang tepat, tetapi juga dapat ditinjau dari segi efisiensi penggunaannya. Karena hal-hal inilah (macam, ketersediaan, dan efisiensi) maka terjadi kesenjangan produktivitas (yield gap) antara produktivitas yang seharusnya dengan produktivitas yang dihasilkan oleh petani.
Pada kenyataannya, senjang produktivitas ini terjadi karena adanya faktor yang sulit diatasi oleh petani, seperti teknologi yang tidak dapat dipindahkan dan perbedaan lingkungan (misalnya, iklim). Karena dua faktor tersebut amat sulit diatasi petani maka perbedaan hasil yang disebabkan kedua faktor itu menyebabkan senjang produktivitas dari hasil-hasil eksperimen dan dari potensial suatu usaha tani. Hal tersebut sering pula disebut dengan istilah “senjang produktivitas pertama”. Selanjutnya, dikenal pula “senjang produktivitas kedua” (yield gap II), yaitu perbedaan produktivitas dari suatu potensial usaha tani dan dari apa yang dihasilkan oleh petani.
Ada 2 faktor utama yang menyebabkan terjadinya yield gap II, antara lain:
1. Kendala biologi, misalnya karena perbedaan varietas, adanya tanaman pengganggu, serangan hama penyakit, masalah tanah dan kesuburannya, dan lain-lain.
2. Kendala sosial-ekonomi, misalnya perbedaan besarnya biaya dan penerimaan usaha tani, kurangnya biaya usaha tani yang didapatkan dari kredit, harga produksi, kebiasaan dan
sikap, kurangnya pengetahuan, tingkat pendidikan petani, adanya faktor ketidakpastian. risiko usaha tani, dan sebagainya.
Kedua kendala tersebut —kendala biologi dan kendala sosial-ekonomi— seringkali berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah lainnya. Sifatnya sangat lokal dan spesifik atau sangat kondisional sekali. Situasi pertanian di dataran tinggi akan berbeda dengan situasi pertanian di dataran rendah, demikian pula halnya pertanian di daerah pasang-surut akan sangat berbeda dengan pertanian di daerah persawahan, dan sebagainya.
Perbedaan hasil I: disebabkan karena teknologi yang tidak dapat dipindahkan dan perbedaan lingkungan.
Perbedaan hasil II: disebabkan karena kendala biologi (varietas, tanaman pengganggu, hama penyakit, masalah tanah dan kesuburannya) dan kendala sosial ekonomi (biaya dan pemerintah, kredit, kebiasaan dan sikap, pengetahuan, kelembagaan, ketidakpastian, risiko).
Untuk meningkatkan produktivitas, pemerintah membuat kebijaksanaan perangsang berproduksi. Kebijaksanaan tersebut dikategorikan dalam 2 macam, yaitu kebijakan harga dan kebijakan nonharga. Kebijakan harga, misalnya adanya penetapan harga dasar yang dimaksudkan untuk merangsang petani melakukan usaha taninya dengan baik. Kebijakan nonharga, misalnya mendekatkan lokasi Koperasi Unit Desa (KUD) ke lokasi sentra produksi atau lokasi tempat tinggal petani agar petani mudah mendapatkan sarana produksi dan mudah pula memasarkan produksinya.
Tersedianya sarana produksi atau input belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi. Upaya petani dalam menjalankan usaha taninya secara efisien merupakan hal yang sangat penting. Sehubungan dengan itu, ada beberapa konsep efisiensi:
1. Efisiensi teknis (technical efficiency)        
Tercapai manakala petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai.

2. Efisiensi harga (price efficiency)
Bila petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya, misalnya karena pengaruh harga maka petani tersebut dikatakan dapat mengalokasikan faktor produksinya secara efisien. Ini dapat dilakukan dengan membeli faktor produksi pada harga yang murah dan menjual hasil pada saat harga relatif tinggi.

3. Efisiensi ekonomi (economic efficiency)
Manakala petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Dengan demikian, petani telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara bersamaan. Inilah yang disebut “efisiensi ekonomi”.
Senjang produktivitas akan semakin lebar manakala terjadi in-efisiensi teknis dan in-efisiensi harga Senjang produktivitas dapat pula terjadi manakala petani tidak berupaya mengejar keuntungan yang tinggi. Kalau prinsip-prinsip efisiensi usaha tani benar-benar diperhatikan oleh petani, ditambah dengan upaya memanfaatkan kesempatan ekonomi maka persoalan meningkatkan produksi bukan lagi merupakan masalah pokok dalam usaha pertanian. Masalah lainnya tergantung pada keberhasilan petani atau produsen untuk memasarkan produknya.
Aspek pemasaran banyak ditentukan oleh faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Berubahnya permintaan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain besarnya tingkat pendapatan konsumen, harga, dan selera. Sementara itu, berubahnya penawaran banyak dipengaruhi oleh karakteristik faktor produksi dan manajemen. Keseimbangan penawaran dan permintaan ini dipengaruhi juga oleh bentuk pasar dan faktor eksternalitas, misalnya pemberlakuan peraturan pemerintah dalam waktu yang sangat singkat, bencana alam, perubahan iklim, dan lain-lain.
Perubahan keseimbangan antara permintaan dan penawaran akan menentukan perubahan harga. Dengan adanya perubahan harga, dapat disimpulkan bahwa pengaruh harga komoditi substitusi atau komoditi komplemennya penting sekali.
Besar-kecilnya elastisitas harga terhadap besarnya permintaan atau penawaran juga akan dipengaruhi oleh adanya perubahan harga komoditi substitusi atau komplemennya. Harga beberapa komoditi pertanian sering naik-turun secara tidak beraturan: naik pada saat paceklik dan turun pada saat panen besar. Fluktuasi ini akan semakin tajam manakala situasi ekonomi dalam keadaan inflasi, yaitu saat harga terus naik pada kurun waktu tertentu.
Faktor-faktor yang mendorong kenaikan harga dan menimbulkan terjadinya inflasi, antara lain:

1. Terlalu berambisinya pemerintah untuk menyerap sumber-sumber ekonomi dalam jumlah yang lebih besar bila dibandingkan dengan kesempatan yang diberikan kepada pihak swasta pada tingkat harga yang berlaku.
2. Berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat berusaha mendapatkan tambahan pendapatan relatif yang lebih besar daripada kenaikan produktivitasnya.
3. Adanya harapan yang berlebihan dari masyarakat sehingga permintaan barang dan/atau jasa naik lebih cepat daripada tambahan output yang mungkin dicapai oleh perekonomian yang bersangkutan.
4. Adanya kebijakan pemerintah yang mendorong naiknya harga-harga secara umum.
5. Pengaruh alam di luar kekuasaan manusia. misalnya musim kemarau yang panjang, banjir, dan serangan hama penyakit pada tanaman. yang pada gilirannya dapat mengakibatkan naiknya harga-harga di pasar.
6. Adanya resesi ekonomi dunia, khususnya bila ada pengaruh inflasi dari luar negeri, terutama bila pihak luar negeri tersebut menganut sistem perekonomian terbuka.
Analisis:
Sektor pertanian di negara Indonesia menurut saya masalah yang sangat penting, karena pengaruh nya berdampak sangat signifikan. Apalagi negara kita negara agraris yang banyak lahan untuk cocok tanam. Jadi pemerintah harusnya memberi peran akti kepada yang berperan di dalamnya bidang tersebut.
Sumber:
www.artikelekonomi.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar