Jumat, 22 April 2011

Berharap Dapat Emas, Mereka Malah Tewas

PENAMBANGAN LIAR

Enam warga penambang liar atau gurandil tewas dan empat lainnya luka-luka akibat tertimbun longsoran tebing di dua lubang galian di Gunung Guruh, yaitu di kawasan hutan Perhutani Blok Cihideung, Desa Cintamanik, dan Blok Pasir Peuti Petak 32, Desa Banyuwangi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Rabu (20/4) dini hari.
Empat orang yang tewas tertimbun longsoran tebing di Blok Cihideung adalah Uki (38), Memed (30), Dede (30), dan Astari (35). Yang luka-luka adalah Handi Jamin (24), Udil Sanopi (35), Anah (45), dan Sahir (45). Semua korban adalah warga Desa Cintamanik, hanya lain kampung.
Dua warga yang tewas di Blok Pasir Peuti adalah Rusman (15), warga Kampung Cibugis, Desa Banyuwangi, dan Dayat (30), warga Desa Jampang, Sukabumi. Sampai pukul 17.00, jasad Dayat belum diketemukan, masih tertimbun.
”Kalau yang di Cihideung, para korban berada di saung di atas lubang. Mereka sedang berteduh dari hujan saat tebing di belakangnya ambruk. Kalau yang di Pasir Peuti, keduanya ada di dalam lubang saat air bah dari atas masuk ke dalam lubang sambil menggerus mulut lubang,” kata Camat Cigudeg Enday Zarkasyi seusai melayat ke rumah korban.
Galian ilegal
Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jasinga, Ateng Sutisna, mengatakan, semua galian itu ilegal. ”Kami sudah melaksanakan patroli dan menangkap beberapa gurandil di sana sekaligus menyita peralatannya, termasuk mesin generator 2.500 watt. Namun, warga masih banyak yang bandel. Akhirnya, kejadian juga, enam tewas,” katanya.
Pemerintah daerah juga sudah berkali-kali mengimbau masyarakat untuk tidak lagi menjadi gurandil. ”Kami sampai patroli bersama dengan polisi, tentara, dan Perhutani, juga memberi surat imbauan karena lokasi-lokasi tambang liar itu rawan longsor, tetapi tetap banyak yang masuk lubang. Padahal, saya amati, tidak ada warga desa yang kaya karena jadi gurandil,” tutur Enday.
Baru dapat dua karung
Handi Jamin, korban yang selamat, menuturkan, ada sekitar 50 orang yang sama-sama berangkat ke lubang galian pada Selasa sore. Mereka baru mendapat dua karung tanah yang diharapkan ada kandungan emasnya ketika hujan terus mengguyur. Untungnya, dia keluar dan berteduh di saung, bersama belasan gurandil lain.
”Saat berteduh itu, sekitar pukul 23.30, tebing di atas saung ambruk dan longsor. Kami pun tertimbun. Saya tertimbun hanya sebatas lutut dan badan kena batu-batu. Saya ditolong teman-teman yang selamat. Tangan saya ditarik,” kata bapak satu anak, yang sendi lengan atasnya bergeser, itu.
Kelopak dan mata kiri Memed, gurandil lain, memar membiru dan bibir bawahnya pecah. ”Saya tertimbun sampai dada,” ujarnya.
Namun, Handi dan Memed menolak saran dokter Puskesmas Cigudeg, Syahrudin, dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan rontgen. ”Saya mau berobat ke dukun patah tulang atau diurut di kampung saja,” katanya.
Para korban tewas langsung dibawa ke rumah untuk dimakamkan. Berharap mendapat emas, mereka malah tewas.
Menurut saya, dari awal semestinya harus ada tindakan dari petugas supaya kapok dan tidak mengulanginya lagi . apabila memang sudah tidak bisa di larang dengan hukuman semua kembali kepada diri masing-masing. Dengan adanya kejadian seperti ini, dapat dijadikan cermin dan tidak akan terulang lagi.
(Ratih Prahesti Sudarsono)
Sumber : kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar